Posts

Showing posts from June, 2020

Cukup

Sudah berhari-hari aku tenggelam dalam keresahanku sendiri Ada hal yang seharusnya tak membuatku bersedih tapi malah kuulang-ulang hingga emosiku menjadi habis Banyak sekali yang tak terkatakan Banyak sekali yang kupendam sendirian Hingga yang terasa hanya sesak-sesak yang semakin penuh didalam hati Lalu, Aku menangis dengan begitu sering sekali Semalam, aku menerima sebuah pesan singkat dari temanku, katanya : Kamu hanya perlu untuk sungguh-sungguh memaafkan dirimu Menyayangi dirimu dengan ikhlas tentunya Jika luka membuatmu begitu sangat-sangat tak merasakan apa-apa Sudahlah, Kamu harus benar-benar menerima kenyataan Sudahlah, Jangan lagi mengisi lapis-lapis perasaanmu dengan sedih yang berlebih-lebih dan rasa-rasa yang tak seharusnya ya.

Aku Diam

Hari ini aku tidak ingin banyak bicara Diam adalah jalan ninja ku saat semua sudah terasa hampa Kini dunia semakin berlebihan dalam bersikap Sesak didadaku takkan mungkin bisa kau rasakan Penatnya bahuku, lelahnya badanku, lemasnya tanganku Sedih bukan bagianku, itu seharusnya Dengarlah, bacalah, sebegitu susahnya memahami kalimatku? Sudahlah diam, mereka tidak peduli Simpan semua bebanmu, ceritakan pada Rabb-mu Menangislah jika semuanya terasa berat Beban di pundakmu seharusnya tidak kau pikul sendiri Hujan sedaritadi belum juga reda Mendung dilangit menyesuaikan dengan mendung di kelopak mata Menangislah, luapkan semua sedih dan kesalmu Melepaskan dan mengikhlaskan bukan perihal mudah Dengan segala rasa dan airmata, ya sudah memang jalannya Mentari sudah terbenam, bukan terbenam, memang sedari pagi belum memunculkan sinarnya Padahal aku berharap ia muncul, untuk menghangatkan pagi hari ku Sudah ya, Aku memang mencintaimu Tapi aku lebih mencintai diriku

Waktu Yang Salah

Hatinya, raganya, keluarganya sudah ku kuasai. Dia sudah mencintaiku Raga nya selalu menemui ku saat ia merasa rindu Dan keluarganya sudah aku kenal semua . Tapi, apa itu menjamin akan jodoh? Yang sudah bertahun-tahun saja masih bisa pisah. "Maaf ya aku hanya mencintaimu sewajarnya", kataku waktu dia bertanya tentang keseriusanku "Ya terserah kamu, intinya saya sayang banget sama kamu" "Terus dia gimana?" "Dia?", Tanya nya sambil mengerutkan dahi. "Iya dia" "Yaa gak gimana-gimana dia sudah sama pasangannya disana" "Terus kamu gak sedih?" "Kan ada kamu, saya sama sekali gak kefikiran dia lagi. Sudah cukup saya ngerasa sakit karna dia. Kadang saya mikir, kok tolol amat ya saya ini jadi laki. Pernah nangisin dia yang jelas-jelas udah sama orang lain" "Yakan kamu emang tolol hahhaa" "Bentar ya, dia nelpon" Ada rasa cemburu sedikit, tapi ya sudahlah gak penting juga. Inget, harus mencintai se...

Oh, Yasudah

Aku menundukkan kepalaku, menahan tangis. "Mengapa kau mengabaikanku? Kau berkata bahwa akan selalu disampingku. Kau memintaku tabah dalam menjalani hidup. Aku tak ingin kehilangan seseorang untuk kedua kalinya"  ucapku penuh emosi. "Kita sudahi saja"  ucapnya seraya berlinang air mata. "Mengapa kau menangis? Kau yang menyakitiku,"  ucapku tak suka. "Aku pun tidak ingin seperti ini, keluargaku menginginkan perempuan yang setara denganku, dan aku sudah mendapatkannya,"  ucapnya tanpa menatapku. Aku merasa dadaku terasa sesak. "A-aku tidak bisa bahagia denganmu. Aku terpuruk, aku seperti berjuang sendirian. Kau selalu menyia-nyiakan aku, tapi aku masih menyayangimu. Sedangkan dia, Selalu ada untukku, cintanya lebih besar dari cintamu. Dia tak pernah berubah, walau aku memilihmu. Tapi sekarang aku memilihnya"  ujarnya, dengan mantap. "Menyia-nyiakan? Aku tak pernah melirik pria lain, aku tak pernah menduakanmu, mengapa sekarang kau me...