Posts

Showing posts from March, 2020

Sebuah Pesan

Sekarang kamu kerja di lingkungan yang se-mahrom sama kamu. Temen-temen mess kamu perempuan, nasabah yang kamu cari perempuan, kamu jauh dari tempat yang isinya laki-laki sebaya sekarang ini. Kamu kerja selalu pake sarung tangan kan? Ya walaupun sering salaman sama suami nya nasabah, salaman sama yg bukan mahrom juga gak langsung bersentuhan kulit. Ini kesempatan banget buat kamu. Jaga wudhu, jaga sholat, perbaiki apa-apa yg kurang baik. Ya walaupun yang kamu jalanin ini ½ riba, setidaknya kamu menutup 1 pintu dosa dengan cara lain. Yang penting tujuan utama kamu untuk ngebantu ibu-ibu yang mau buka usaha. Keep spirit, semoga kamu dalam perlindungan Allah.

Secukupnya

Temanku yang bawel itu, lagi ngomel:  Mau di ulang lagi?  Udah dibilang kan, jangan berlebihan. Masih aja. Ah dasar kamu bandel. Tanggung sendiri resiko nya. Jangan cari gue kalo lu sakit lagi. Awas ya.  Lu itu harus nentuin porsi yang pas, inget dulu deh. Gimana tersiksa nya lu, berat badan turun drastis sampe ke angka 38kilo. Jam tidur lu berantakan. Kadang ampe pagi ke pagi lagi lu gak tidur. Ya karna apa? Karna itu kan? Parasit satu itu? Yekan? Inget gak lu? Ya udah, untuk sekarang. Bener-bener itu dijaga. Inget ya jangan berlebihan. Secukupnya aja, sewajarnya aja. Jadiin pelajaran kalo yang berlebihan itu gak baik. Nanti ada saatnya kok, malah kan dianjurin. Orang yang gak ngerti, nganggep ini tentang penyakit. Sebenernya bukan.

Kamu Harus Bahagia, Katanya

Ada satu masa dimana semuanya emang sangat menyakitkan. Harapan, kebahagiaan, seketika hancur oleh perkataan. Orang bilang, tidak perlu membandingkan dirimu dengan orang lain. Tapi ya apa salahnya kalau dia jadi tolak ukur. Bukan mendustakan nikmat, hanya saja ya kok aneh. Malam itu, satu panggilan masuk berdering. Bukan dari whatsapp, ini telepon biasa. Nomor baru. Ku fikir orang dari tempat kerja baruku memberitahu tentang jadwal libur karena COVID-19. Lah kok laen cerita? Seingatku kami berbicara seperti ini: "Berhenti menceritakan keadaan dirimu dalam bentuk tulisan, yang benci sama kamu, akan merasa bersyukur melihatmu tidak bahagia", ucap suara di seberang sana "Tunggu dulu, kamu siapa?", "Syukurlah kalo kamu gaktau siapa saya dan gak hapal sama suara saya yang lagi pilek ini. Tapi kamu harus tau satu hal, saya gak suka liat kamu nulis tentang kesedihan", dia seperti tau semuanya "Ya emang saya nulis karena saya lagi sedih? Enggak kok. Kadang-ka...

Gapapa

Belakangan saya sedang sering bertanya-tanya pada hidup? ⁣⁣ Kira-kira, apa lagi ya kelucuan yang patut saya dapatkan setelah babak belur, hancur lebur, derai tangis, bahkan gelak tawa yang belakangan ini menjadi makanan sehari-hari untuk dinikmati?⁣⁣ ⁣⁣ Tapi sayangnya, hidup enggan berikan jawabannya secara langsung. Justru saya dihadiahkan jawaban dengan perlahan namun pasti, dengan begitu perlahan bahkan rasanya sampai sulit untuk dicerna dan dipecahkan melalui emosi.⁣⁣ ⁣⁣ Gapapa, banyak hal yang mungkin memang harus di-gapapa-in dalam hidup.⁣⁣ ⁣⁣ Semisal, Tentang temu yang tak pernah dijalin, namun kabar duka yang bertandang.⁣⁣ Tentang kehilangan yang seharusnya membawa airmata, namun pernah memiliki pun rasanya tidak.⁣⁣ Tentang perasaan duka yang semestinya memeluk, namun tawa justru lebih dulu pecah sebab bingung adalah satu hal yang ditahu.⁣⁣ ⁣⁣ Gapapa. ⁣⁣ Hidup memang katanya selucu itu untuk ditelaah dalam satu hari. ⁣⁣ Gapapa. ⁣⁣ Nggak semua kembali akan berujung tawa dan ikhl...

Ah Alay Lu

Nada tinggi keluar dari mulutnya. Bukan sebuah nyanyian. Tapi amarah yang meledak. "Kamu tau kan kita ini apa?", Ucap perempuan bermata coklat itu kepada kekasih didepannya "Iya aku tau, tapi kamu juga harus ngerti. Aku sibuk. Aku capek. Sudah lah jangan jadi masalah", balasnya dengan nada kesal "Ngertiin kata kamu? Hhh...", Lemah sekali Namira langsung menitikkan air mata "Aku gak suka ya liat kamu nangis", sambil membuang muka ke arah lain Namira diam. Perlahan Sergio mendekap erat tubuh Namira. "Maafin aku yaa... Aku sayang sama kamu. Maafin aku udah buat kamu nangis kayagini. Ini pertama kalinya kamu nangis depan aku langsung. Kamu mau aku apa?" Namira membalas dekapan itu dengan lebih erat.  "Cukup ada kamu didepan layar handphone aku, aku udah senang. Frekuensi kita bertemu memang sedikit. Ya aku maklumi. Kamu memang sibuk" Sergio menarik nafas, lalu berbicara:  "Aku tau, aku sama sekali tidak pandai bersikap manis....