Nur dan Dewi

"Bagaimana bisa aku percaya bahwa dia mencintai seseorang selain aku?
Mengapa aku menghukum diriku sendiri selama bertahun-tahun?
Mengapa aku bertingkah menjadi keras kepala walaupun aku tahu semuanya?
Mengapa aku berfikir kalau aku menang?", Tanpa dia sadari, dia bekata seperti itu ada aku di belakang nya. Dan aku menepuk bahunya.

"Siapa yang mengatakan kamu kalah? Siapa yang mengatakan aku menang?
Apa itu hanya hubungan antara dua orang manusia dari balas dendam?
Mengapa kau menganggapku sebagai musuhmu?
       Saat kamu bertemu Reza, kamu melihat begitu banyak mimpi untuk masa depan. Tapi takdir menghancurkan semuanya dalam satu serangan. Memperlihatkan padamu tanpa ampun.
        Bagaimana bisa aku membencimu? Bagaimana bisa aku menganggapmu musuhku? Apa kesalahanmu?
Hanya saja kamu mencintai seseorang yang menjadi kekasihku.
Kamu hanya jatuh cinta, bukan membunuh seseorang.
        Haruskah aku katakan sesuatu? Ada banyak wanita di dunia yang sengaja ingin membuat takdir mereka sendiri. Tapi itu tidak pernah terjadi. Allah yang memutuskan takdir kita, bukan kita.
Ini adalah keputusannya, permainannya.
Ini adalah takdir, bukan kesengajaan.", Ucapku padanya.

"Takdir? Tuhan? Aku tidak pernah percaya akan dua hal itu.
Aku adalah orang yang percaya bahwa kekuatan yang paling besar, adalah kesetiaan wanita. Tapi hari ini aku percaya takdir dan ada Tuhan.
Diantara dari cinta yang aku berikan kepada Reza, tidak ada seorangpun bisa mencintai seperti itu. Mungkin bahkan cintamu tidak bisa sepertiku. 
       Tapi tanganmu memiliki garis takdir, yang mana aku tidak. Keningmu memiliki garis, yang mana aku tidak. Dan namamu yang tertulis di Lauhul Mahfuz-Nya, bukan namaku.
Bagaimana bisa aku menghancurkanmu? Aku akan terbinasa dalam berusaha untuk membasmi mu.", Dia menjawab seperti itu.

Hening, lalu dia berkata lagi,
"Nur... Dewi...
Aku ingin hidup seperti Dewi, tapi aku tidak pantas untuk bumi ini.
Namamu adalah Nur. Yang artinya cahaya. Yang selalu diharapkan sinarnya pada setiap orang yang sedang redup.
Bagaimana bisa kau tidak menang?
Mengapa tidak?"



-The End-

Comments

Popular posts from this blog

Hmm

Bisa Apa? Bisa Gila

Akan Ku Usahakan