Hmmm
Semua kisah sepertinya sudah aku rasakan. Perih, bahagia, sakit, sudah semua ku cicipi.
Tidak apa-apa. Itu namanya hidup. Tidak asik kalau senang terus.
Diumur yang ke-20 memang saat-saat yang sedang banyak kerkil tajam. Bukan cuma sekedar memilih, tapi juga menentukan mana yang terbaik, mana yang diperlukan, dan mana yang seharusnya dibuang.
Aku ingat betul, 5 tahun yang lalu, malam sabtu disamping Almarhumah Mamak, ia berkata :
"Nak, nanti kalo Ima cari suami, cari yang bener-bener sayang sama keluarga, yang ngerti agama, yang bisa mimpin sholat sunnah dirumah"
"Iya, Mak"
"Iyaa, liat geh Abah, penyayang, tanggung jawab sama keluarga, sama agama dia paham, jadi jangan khawatir hidup sengsara"
Waktu itu aku sama sekali belum mengerti tentang keluarga, tanggung jawab, dan peran suami.
Di umurku yang sekarang, melihat suasana rumah tangga seseorang yang ada cacatnya, malah semakin takut untuk aku bisa menemukan seseorang seperti yang Mamak dulu katakan.
Keras, pemarah, ringan tangan, pemabuk, huh seram sekali.
Comments
Post a Comment