Bergantung
Banyak yang terbiasa sendiri, terus tiba-tiba dia datang dan membuatmu jadi nggak bisa melakukan apa-apa sendiri. Banyak? Banget
Ini tuh sebenarnya lucu kalau dipikir-pikir lagi. Manusia kadang sadar kalau bergantung tuh nggak baik. Tapi kalau sudah menemukan dia yang membuat nyaman, tanpa sadar atau mungkin disadari dengan jelas, manusia lantas mulai terbiasa untuk bergantung.
Mau ambil keputusan, harus tunggu izin darinya. Padahal sebelumnya, sudah lebih dulu jagoan menentukan mana yang baik dan mana yang kurang begitu baik.
Mau memilih sesuatu, nggak bisa kalau dia nggak ikut memilih. Padahal sebelumnya, bisa-bisa aja memilih tanpa pendapat orang lain.
Ya gitu, kadang kalau sudah terlalu dekat, mungkin kita harus menghidupkan alarm di kepala. Jika manusia tetap harus bisa menentukan langkahnya sendiri.
Kenapa gitu? Ya supaya kamu tahu, jika semua hal harus dipikirkan dengan baik dan matang oleh diri sendiri, sebelum akhirnya membuat keputusan.
Dering telfonku berbunyi,
Satria calling
"Maa, kapan balik?"
"Woi salam dulu kek, kebiasaan suka tiba-tiba"
"Iyaiya maap, samlekum"
Gue diem
"Kok gak jawab?"
"Salam tuh yang bener, baru gue jawab. Samlekum tuh paan?"
"Iya deh ustazah, assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam"
"Gue tanya sekali lagi ya, Maa kapan balik?"
"Minggu depan."
"Yang jemput siapa? Dio?"
"Bus."
"Serius,"
"Gue lebih serius, Satriaaa."
"Gue jemput deh ya?!"
"Lah? Emang nggak kerja?"
"Cuti sekali-sekali gapapa. Daripada riweuh yang lain berebut jemput lo."
"Maksudnya?"
"You know what i mean, Maa."
"Thank you,"
"Untuk?"
"Ngebuat sadar kalau gue selama ini hanya jalanin hubungan yang toxic banget."
"Makanya jangan kepala batu. Tutup mata aja terus sama kenyataan. Sakit hati kok dicari sendiri."
"Ya daripada sakit hatinya dikasih sama orang lain?"
"Hahaha lucu."
"Kenapa?"
"Orang lain nggak bisa bikin lo sakit hati, kalau lo nggak pernah mengharapkan apa-apa dari mereka."
"Jadi salah gue lagi gitu kalau berharap?"
"Bisa iya, bisa nggak. Tapi ya udahlah, nggak penting, udah berlalu. Gue cuma mau bilang satu hal, Maa."
"Apa?"
"Biasain bilang terima kasih dan maaf pakai bahasa indonesia aja, nggak usah pakai bahasa inggris. Soalnya, buat beberapa orang maknanya bisa berubah."
"Hah?"
Udah gitu doang? Ya udah apalagi.
Comments
Post a Comment