Lega
Hari itu segala pintu dari berbagai arah seolah-olah terbuka dengan sangat lebar
Sinarnya menawarkan cahaya yang amat terang
Dengan membawa kertas berpita emas, aku menujukkan kepada penjaga ruangan agar aku diizinkan untuk masuk tanpa ada penghalang
Setiap waktu, aku menatapnya
Pandanganku tidak terlepas dari wajahnya yang rupawan
Matanya yang teduh, senyumnya yang menawan, dan jas putih yang ia pakai menambah kewibawaannya
Dan tak lupa hari ini adalah hari miliknya
Matanya pun tak lepas menatapku
Kebetulan pada hari itu aku duduk disebuah kursi yang dibaluti kain putih pada urutan ketiga tepat dihadapannya
Ia sesekali menatapku dengan mata yang berkaca-kaca
Kutatap ia dan aku menggeleng-gelengkan kepalaku kepadanya
Ia seperti memberi tanda akan sesuatu
Caranya melihatku pun seperti ingin berbicara tentang banyak hal
Tidak ada yang benar-benar memperhatikan aku dan dia
Para tetamu tengah sibuk melihat penampilan, menikmati hidangan serta berbincang-bincang di gedung yang besar ini
Lalu, aku memberanikan diri
Tas kecil yang kubawa kupegang erat-erat
Dengan suara yang berat kuucapkan :
"Barakallah lakuma wabaraka' alaikuma wa jama'a bainakuma bii khair"
Pandanganku beralih kepada seseorang disebelahnya
Sinarnya menawarkan cahaya yang amat terang
Dengan membawa kertas berpita emas, aku menujukkan kepada penjaga ruangan agar aku diizinkan untuk masuk tanpa ada penghalang
Setelah melihatnya berdiri didepan sana untuk menyambutku dengan bahagia dan tak lupa ia tersenyum dengan riasan yang begitu menawan
Aku datang dengan tidak membawa teman, karena mereka memang tidak di undang
Teman-temanku menyarankan untuk tidak datang di hari itu
Tapi aku bersikukuh mengesampingkan sifat angkuh
Hingga hari ini, diriku ada disebuah gedung, berhiaskan bunga-bunga
Dekorasi yang sangat begitu indah
Untuk menyaksikan hari bahagia nya
Setiap waktu, aku menatapnya
Pandanganku tidak terlepas dari wajahnya yang rupawan
Matanya yang teduh, senyumnya yang menawan, dan jas putih yang ia pakai menambah kewibawaannya
Dan tak lupa hari ini adalah hari miliknya
Matanya pun tak lepas menatapku
Kebetulan pada hari itu aku duduk disebuah kursi yang dibaluti kain putih pada urutan ketiga tepat dihadapannya
Ia sesekali menatapku dengan mata yang berkaca-kaca
Kutatap ia dan aku menggeleng-gelengkan kepalaku kepadanya
Ia seperti memberi tanda akan sesuatu
Caranya melihatku pun seperti ingin berbicara tentang banyak hal
Tidak ada yang benar-benar memperhatikan aku dan dia
Para tetamu tengah sibuk melihat penampilan, menikmati hidangan serta berbincang-bincang di gedung yang besar ini
Lalu, aku memberanikan diri
Tas kecil yang kubawa kupegang erat-erat
Dengan suara yang berat kuucapkan :
"Barakallah lakuma wabaraka' alaikuma wa jama'a bainakuma bii khair"
Pandanganku beralih kepada seseorang disebelahnya
Dari hati terdalam aku benar-benar turut berbahagia,
Kusalami tangan perempuan yang berada disampingnya
Selamat mba, berbahagialah ya
Jangan khawatir, kami hanyalah masa lalu
Selamat mba, kamu orang yang sangat beruntung, berbahagialah
Ya, kepada perempuan yang telah menjadi istri sah nya
Kemudian, aku tersenyum bahagia dan bergegas untuk pulang
Kusalami tangan perempuan yang berada disampingnya
Selamat mba, berbahagialah ya
Jangan khawatir, kami hanyalah masa lalu
Selamat mba, kamu orang yang sangat beruntung, berbahagialah
Ya, kepada perempuan yang telah menjadi istri sah nya
Kemudian, aku tersenyum bahagia dan bergegas untuk pulang
Karena,
dari pertama kali ia bukanlah milikku.
*
"Tapi sebelum pulang, ya makan dulu lah, terus masukin amplop isinya duit monopoli, hahaha"
Comments
Post a Comment