Bukan Waktu yang Salah

Kiranya esok aku akan berhenti bercerita tentangmu.
Tidak pada manusia, tidak pada rumput atau angin.
Juga tidak pada keseluruhan isi dunia.
Bukan sudah bosan, hanya saja aku ingin menjaga yang seharusnya disimpan.
Sebab tentangmu, nyatanya hanya cukup menjadi rahasia untuk kita berdua.

Tapi jemariku tidak pernah bisa berhenti mengetikkan kisah kita, sepahit apapun itu.

*

"Masih suka capek?"⁣⁣⁣

"Ya masihlah, namanya juga orang hidup."⁣⁣⁣

"Padahal udah punya rumah?"⁣⁣⁣

"Hah? Gimana?"⁣⁣⁣

"Iya, rumah untuk pulang. untuk lepas semua lelah."⁣⁣⁣

"Asli, nggak cocok kamu ngomong kayak begitu."⁣⁣⁣

"Ya makanya saya nggak sering ngomong begini."⁣⁣⁣

"Dih, apaan deh."⁣⁣⁣

"Hahaha. serius nih, masih capek?"⁣⁣⁣

"Masih. Apaan sih rumah sama capek disambung-sambungin."⁣⁣⁣

"Ya udah ayo nikah, biar tahu rasanya punya rumah buat pulang."⁣⁣⁣

"Becandanya nggak lucu!"⁣⁣

"Hidup kamu seserius apa sih sampe semua hal dibilang nggak lucu? Masih nggak bisa bedain mana bener sama bohong? makanya, nggak usah lama-lama bertahan kalau tetap nggak bisa ngubah apa-apa."⁣⁣⁣⁣⁣⁣

"Sin"

"Hmm"

"Gini nih jatuh cinta di waktu yang salah"

"Bukan waktu yang salah, tapi kamu yang gak bisa ngendaliin hati"

"Kan kata orang ikutin apa mau nya hati. Hati saya mau nya kamu, gimana?"

"Kenapa sih bisa seyakin itu sama saya?”

“Harus banget dijadiin pertanyaan?”

“Penasaran soalnya,"

“Jangan terlalu penasaran, nggak baik, harapanmu bisa patah kalau nggak sesuai.”

“Ih orang cuma sekadar nanya, mana ada pakai harapan segala sih.”

“Karena kamu belum nyadar aja, lagian bener nih mau tahu jawabannya?”

“Hmm.”

“Coba tanya sama hati kamu, kenapa akhirnya bisa percaya kalau saya seyakin itu?”

“Hadeh, pertanyaanmu ngejebak banget sih!”

“Tipikal soalnya. Kamu udah tahu, tapi kamu butuh untuk dikasih jelas. Padahal, nggak semuanya harus jelas dengan perkataan, kan? Yakinin hatimu gih, biar kamu nggak terus bertanya-tanya."


"Huh", aku hanya menarik nafas 

"Kata orang-orang, hidup itu berputar, Sin."

"Terus?"

"Gimana kalau setelah semua hal yang sudah berlalu ini, saya akhirnya kembali sama kamu?"

"Saya nggak bisa nyegah apa-apa. Tapi kamu harusnya tahu, itu nggak akan pernah mudah lagi untuk sekarang."

"Karena udah ada dia?"

"Karena kamu juga udah punya dia."

"Tapi aku masih nggak yakin dengan semua ini, Sin."

"Kamu nggak yakin atau menolak yakin? Mungkin pilihan aku balik ke sini itu salah ya,"

"Mau kamu balik ataupun enggak, kayaknya tetap nggak akan mengubah apa-apa yang belum tuntas."

"Hah? Udah selama ini, udah sempat sejauh itu juga, bahkan udah pernah nggak ketemu, dan kamu bilang masih belum tuntas?"

"Ya nggak ada yang tahu, Sin. Kan tadi saya bilang, hidup tuh berputar terus. Yang di atas, besok di bawah. Yang kemarin ketemu, besoknya udah pisah. Yang kemarin akrab, seminggu ke depan saling hina. Nah, saya juga nggak pernah bisa kontrol perasaan ini, kan?"

"Hidup tuh, ribet ya."

"Lebih ribet lagi pertemanan kita yang harus pakai rasa, Sin."

Comments

Popular posts from this blog

Hmm

Bisa Apa? Bisa Gila

Akan Ku Usahakan