Ternyata Begitu
Sudah hampir satu bulan aku berada di lingkungan perkampungan.
Rasanya memang sejuk sekali, jauh dari bising nya keramaian, dari berisiknya suara kereta, dan jauh dari suara-suara yang memusingkan kepala.
Ini pertama kali aku jauh dari rumah. Tinggal di asrama, memasak, mencuci, dan itu ku lakukan sendiri.
Hmm...
Disini banyak sekali pelajaran dan pengalaman yang aku dapatkan.
Dengan pekerjaanku yang sekarang, aku bisa memaknai apa itu pernikahan, kehidupan orang-orang yang sudah nikah, bagaimana menjadi sosok ibu.
Itu semua aku dapatkan disini.
*
"Umurnya berapa dek?", Tanya ibu Suwarni yang sedang menandatangani berkas
"Hmm... 19 tahun bu. Baru aja kemarin ulang tahun, hehehe", jawabku dengan mencoba untuk lebih akrab dengan ibu-ibu disini.
"Petugas baru ya? Soalnya ibu baru lihat kamu hari ini",
"Iya bu"
Kemudian anak dari ibu tersebut yang umurnya kira-kira 6 tahun datang meminta uang untuk jajan.
"Maaaakkk... Minta duit, mau beli es pino"
Ibu itu memberi uang seribu rupiah logam kepada anaknya.
"Sudah ya nak, berenti jangan jajan terus. Bapakmu ini sekarang jual karetnya lagi susah. Pabrik pada tutup."
Aku berfikir dan membayangkan, bagaimana kehidupanku setelah menikah nanti. Dengan siapa aku menjalani hidup?
Apakah laki-laki yang akan menjadi suamiku nanti memiliki tanggung jawab kepada keluarga?
Itu semua menjadi pertanyaan didalam kepalaku.
Kemudian suami ibu Suwarni keluar,
"Ada apa nih kumpulan rame-rame? Kata jokowi kan libur angsuran selama satu tahun",
"Belum pak, dari kantor pusat kami belum ada pemberitahuan libur. Aku juga mau pak libur, lagi rawan virus gini pengennya sih ya dirumah aja", ucapku sambil tersenyum.
"Owalah, yasudah lanjutin aja", dia bergegas pergi sambil mengambil rokok dan korek diatas meja.
Banyak kutemui berbagai macam cara mereka berkeluarga.
Ada yang seumuranku sudah menikah, gendong anak, ngurus kambing, nandur.
Mereka sama sekali tidak ada kata mengeluh, menyerah, semua mereka jalani dan nikmati.
Wajah mereka yang kusam, akibat terpapar sinar matahari di ladang. Keriput nya mulai muncul pada ibu yang kian menua.
Sempat membandingkan dengan diriku, yang memikirkan bagaimana caranya wajahku putih bersinar glowing. Sibuk mencari bahan apa yang bisa melindungi diri dari sengatan matahari.
Padahalkan, tidak putih bukan jadi masalah. Seharusnya sih ya begitu. Cuma yaa gimana yaa, semua orang yang diliat paling awal ya fisik, tampilan wajah.
Mungkin ini cara bersyukur sesungguhnya. Selalu melihat orang yang dibawah kita.
Comments
Post a Comment