Terkungkung Jarak

Kali ini jarak benar-benar memainkan perannya
Selalu
Bukan hanya sekali, dua kali saja, ini sering
Aku seringkali menghindar dari jarak, membunuh waktu, menghentikan detak jam dinding.

Khawatir sedang mengalir karena kabar darimu pun belum juga hadir
Jarak seperti bisa membombardir, hingga seisi penjuru hati ketar-ketir
Bisakah telepatikan dirimu ketempat kakiku berpijak?
Jika semesta menyetujuinya, aku pasti takkan mau beranjak
Rinduku beranak pinak, bertemu adalah satu-satunya pintaku kelak.

Hey kamu, pemilik nama yang berputar-putar terus dalam tempurung kepala
Adakah debar ini menggema hingga ke sana?
Asal kamu tahu, senyummu itu candu
Sungguh, betapa bertemu denganmu adalah yang selalu kutunggu-tunggu
Semoga aku bukan dianggap pengganggu, sebab rasa ini terlalu membelenggu.

Seperti hari-hari biasanya, rindu ini hati-hati meniti jarak yang kita bentang bersama. Setiap hari, sedikit demi sedikit, melahap jarak dan waktu dengan doa-doa yang kemudian menua dalam air mata
Aku tak akan menyerah pada jarak, bahwa jarak hanya ujian—bukan awal perpisahan yang kelak melahirkan ketiadaan.

Jarak itu pengarak rindu
Dan rindu seperti perantara aku dan kamu. Mereka seperti kado istimewa dari pencipta
Lewat jarak, rindu merangkak
Meskipun kepastian belum ada di tangan, tapi rindu bisa kupertahankan. Untuk mendekatkan kita yang berjauhan.
Mungkin banyak yang menyepelekan perasaanku
Katanya sia-sia menunggumu
Tapi setidaknya, rindu ialah guru yang mengajariku untuk sabar menunggu.

Meski ragu pernah datang dan memorak-porandakan hati yang sudah sepenuhnya berserah
Yang jelas aku di sini sedang menggenggam erat percaya, bahwa selanjutnya kita bisa terus melangkah bersama
Di antara doaku dan doamu yang sedang menuju pada Sang Maha, harapan sedang tergantung tinggi di sana, menunggu untuk dijadikan nyata.

Entah apalagi yang bisa ku percayai lewat jarak yang membatasi
Mana kutahu soal gerak-gerikmu di sana?
Bisa menjaga percayaku, menggenggam setia?

Mana tahu ketika aku tak berkabar, kau memberi perhatian kepada yang lain
Seperti mengobrol dengan wanita masalalu mu, misalnya
Atau bertatap muka lewat ponselmu dengan wanita lain
Aku tak pernah tahu. Bagiku, jika benar kau menjaga rasa percayaku, kau tak akan lakukan itu.

Tapi aku hanya bisa mempercayai hati yang kerjanya hanya bisa mencintai
Aku hanya bisa mengiyakan segala kemungkinan dan menaruh doa hanya pada Tuhan

Biarkan aku menghafal bekas langkahmu, jejak dari apa yang mungkin kusebut penyebab rindu
Biarkan aku mengingatmu lekat-lekat. Sambil dalam hati, aku mengeja namamu lambat-lambat
Kupanggil pusat rasamu mendekat, agar rindu yang terasa tak lagi mempunyai sekat.

Jika kelak raga saling bertemu, jangan biarkan saling membisu. Lunasi hutang rindu itu. Bayar dengan semua persediaan waktu. Sebab tak pernah ada peluk yang cukup erat untuk rindu yang terlanjur mengikat
Datang dan tumpahkanlah rasa itu, jangan biarkan para camar mengejekku setiap pagi.

Comments

Popular posts from this blog

Hmm

Bisa Apa? Bisa Gila

Akan Ku Usahakan