Rumah Teduh

Berlalu dengan ketidakseimbangan dalam jajaran hari-hari
Minggu, bulan, dan tahun terus berjalan
Menapaki berbagai cerita dari kehidupan
Tidak kelabu, tidak juga hitam pekat
Warna-warni kah? Tidak juga
Datar. Berjalan sangat datar

Sosok itu yang ku nanti
Menanti 129 hari
Menjejaki sepi
Menyelami sunyi
Sesekali terisak dibalik bantal dengan kelopak mata yang kemudian sembab

Aku tidak juga mengerti alasan mencintainya
Tampan kah? Kaya kah? Shalih kah? Atau berpangkat kah?
Bukan. Kurasa bukan karna itu
Ya aku tidak tau
Mau bagaimana lagi? Aku memang tidak tau
Karena semua itu tidak butuh alasan kalau sudah merasa nyaman

Tapi bagiku dia rumah
Tempat kembali. Tempat menetap. Tempat berkeluh kesah. Tempat mencurah

Beberapa kali rumah itu ingin roboh
Terkena terpaan angin dari luar
Tapi selau ada cara untuk menjaga agar tetap kokoh
Pondasi yang dikuatkan, tiang yang dikokohkan, serta atap yang ditangguhkan

Mengertilah
Aku ingin terus tetap berada dalam rumah itu



Comments

Popular posts from this blog

Hmm

Bisa Apa? Bisa Gila

Akan Ku Usahakan