Manusia Es

"Aku rindu", kataku sambil menata kue.
"Rindu pada?", tanya Mira, sahabatku.
Aku diam seribu bahasa.
Lalu Mira berucap lagi,
"Rindu pada manusia es itu? Lah tumben?"
Aku tetap diam, tataan kue ku terhenti, aku duduk di kursi tua peninggalan opa, mataku menatap lurus keluar pintu.
"Kenapa kau bisa merindukan dia?"
"Entahlah, Mir. Semenjak 15 juni itu dia beku se-beku-beku nya", aku beranjak ke kamar untuk mengambil ponselku.
"Benar-benar aneh", ucap Mira selepas aku melewatinya.

"7-15 juni itu dia berhasil membuatku jatuh, Mir." ucapku menatap lamat mata Mira.
"Hanya dengan waktu sesingkat itu?" jawab Mira.
"Aku... Aku... Aku benar-benar telah jatuh", aku menitikkan airmata.
Mira memelukku, seraya berkata.
"Ada aku disini, sahabatmu. Jangan jatuhkan dirimu pada hal yang salah. Aku mohon lupakan hal itu. Kembalikan dirimu sebelum ditanggal itu"
"Hiks...", aku masih terus menangis dipelukan Mira.

Comments

Popular posts from this blog

Hmm

Bisa Apa? Bisa Gila

Akan Ku Usahakan